Laporan Praktikum di bawah ini merupakan contoh laporan yang dapat digunakan sebagai refrensi dan bacaan untuk menambah wawasan, tetapi bukan untuk di copy-paste sembarangan. Terima kasih dan selamat membaca :)
BAB I
PENDAHULUAN
Miroorganisme adalah organisme hidup yang sangat kecil,
yang tidak dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop, disebut juga.
Mikroorganisme seringkali ber sel tunggal (uniseluler) maupun sel banyak
(multiseluler). Namun beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata
telanjang dan ada beberapa spesies multi sel tidak tidak terlihat mata
telanjang (Lay, 1994). Salah satu mikroorganisme yaitu bakteri dan kapang.
Bakteri merupakan organisme mikroskopis yang mempunyai
ciri-ciri : tubuh uniseluler, tidak berklorofil, bereproduksi dengan membelah
diri, habitatnya dimana-mana (tanah, air, udara, dan makhluk hidup),
diameternya 0.1-0.2 um, bakteri aktif bergerak pada kondisi lembab. Dan Kapang
merupakan mikroorganisme eukariot multiseluler dengan dinding sel berupa kitin,
selulosa, atau keduanya, tidak aktif bergerak. Kapang bereproduksi dan menyebar
dengan menggunakan spora.Spora tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu spora
seksual dan spora aseksual (forumsain, 2008).
Allah berfirman dalam dalam surat an-Nahl ayat 8yang artinya “Dan
(Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan
(menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak
mengetahuinya”.
Maksud ayat diatas dari kalimat “Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak
mengetahuinyaAllah menciptakan sesuatu yang tidak
bisa diketahui oleh manusia” menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan
keberadaan bentuk-bentuk hehidupan yang sebelumnya belum diketahui ooleh
manusia. Baru setelah alat mikroskop ditemukan, manusia mulai dapat melihat
mata penglihatannya tentang makhluk hidup terkecil. Makhluk terkecil ini berupa
bakteri dan jamur.
Melihat
dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri tidak
berwarnajuga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka
dikembangkan suatu teknik perwarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara
yang paling utama dalam penelitian penelitian mikrobiologi (Pelczar, 1986).
Berdasarkan pernyataan diatas perlu dilakukan praktikum ini agar praktikan
dapat mengetahui cara pewarnaan bakteri.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum kali
ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
mengetahui teknikpembuatan apusan bakteri?
2. Bagaimana
mengetahui teknik pewarnaan mikroba?
3. Bagaimana
melihat bentuk sel,letak sel endospora dan sifat Gram bakteri?
4. Bagaimana
morfologi kapang?
1.3 Tujuan
Tujuan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk
mengetahui teknikpembuatan apusan bakteri?
2. Untuk
mengetahui teknik pewarnaan mikroba?
3. Untuk
melihat bentuk sel,letak sel endospora dan sifat Gram bakteri?
4. Untuk
mengetahui morfologi kapang?
1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah agar praktikan
mengetahui kekuasan Allah berupa mikroorganisme berupa bakteri Gram negatif dan
bakteriGram positif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar
luas dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi.Bakteri umumnya merupakan
organisme uniseluler (bersel tunggal), prokariota/prokariot, tidak mengandung
klorofil, serta berukuran mikroskopik (sangat kecil). Bakteri berasal dari kata
bahasa latin yaitu bacterium. Bakteri memiliki jumlah spesies mencapai ratusan
ribu atau bahkan lebih. Mereka ada di mana-mana mulai dari di tanah, di air, di
organisme lain, dan lain-lain juga berada di lingkungan yang ramah maupun yang
ekstrim, dalam tumbuh kembang bakteri baik melalui peningkatan jumlah maupun
penambahan jumlah sel sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni seperti pH,
suhu temperatur, kandungan garam, sumber nutrisi, zat kimia dan zat sisa
metabolisme (Ratna, 2000).
Jamur pada umumnya adalah jasad yang berbentuk benang, multiseluler, tidak
berkhlorofil dan belum mempunyai diferensiasi dalam jaringan.Ada pula yang hanya
terdiri dari satu sel. Struktur jamur. Walaupun jamur dapat
dilihat, namun masing-masing sel adalah mikroskopik.Jamur tersusun atas
benang-benang sel yang disebut hifa. Jika jamur tumbuh, hifa saling membelit
untuk membentuk massa benang yang disebut miselium yang cukup besar untuk
dilihat dengan mata (Lim, 2006).
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan
gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini
diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram
(1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan
antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif
adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode
pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu
gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada
uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah
metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau
merah muda.Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri
ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka (Prescott, 2003).
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna
metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan
warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif
tidak (Fardiaz, 2002).
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil
ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau
ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah
muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan
pada perbedaan struktur dinding sel bakteri. Bakteri gram negatif memiliki 3
lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan
tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna
merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan
yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel
menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan
warna biru (Cowan, 2004).
Endospora merupakan sebuah fasa yang dilakukan oleh beberapa bakteri,
seperti Bacillus sp. dan Clostridium sp. memproduksi bentuk pertahanan hidup
pada kondisi yang tidak menguntungkan. Proses ini dikenal sebagai sporulasi.
Spora bakteri berbeda dengan spora pada jamur.Spora bakteri tidak mempunyai
fungsi sebagai alat reproduksi.Endospora ini tahan terhadap kondisi lingkungan
ekstrim seperti suhu yang tinggi, kekeringan, senyawa kimia beracun (disinfektan,
antibiotik) dan radiasi sinar UV.Endospora dapat disebut sebagai fase tidur
dari bakteri. Endospora mampu bertahan sampai kondisi lingkungan kembali
menguntungkan, kemudian membentuk proses germinasi, dan membentuk bakteri sel
tunggal (Colome, 2001).
Pengamatan menggunakan mikroskop cahaya, struktur ini sangat refraktif
karena impermeabel terhadap pewarna yang umumnya digunakan untuk pengamatan
bakteri. Strukturnya harus diamati oleh malakit green sehingga pewarna ini akan
meresap ke dalam struktur ini dan dibantu dengan steam. Pengamatan menggunakan
mikroskop elektron menunjukkan perbedaan yang sangat besar antara sel vegetatif
dan endospora.Endospora memiliki lapisan terluar, yaitu eksosporium.Di dalamnya
terdapat beberapa lapisan protein.Dibawah eksosporium terdapat korteks, yang
terdiri atas peptidoglikan yang terhubung silang secara longgar.Di dalam
korteks, terdapat sebuah inti, yang mengandung dinding inti, membran
sitoplasma, sitoplasma, nukleoid, ribosom, dan beberapa seluler yang esensial
(Cappuccino, 2000).
Sporulasi adalah suatu respon terhadap penurunan kadar
nutrisi dalam medium khususnya sumber karbon dan nitrogen. Pengaturan
pembentukan spora bersifat negatif karena sel membuat repressor dari senyawa
yang terkandung dalam medium untuk mencegah mulainya sporulasi. Jika proses
tersebut menurun maka akan terjadi sporulasi. Sporulasi terbentuk pada akhir
fase logaritmik dan awal fase stasioner (Burrows, 2004).
Endosopora tidak mudah diwarnai dengan zat pewarna pada umumnya, tetapi
sekali diwarnai, zat warna tersebut akan sulit hilang. Hal inilah yang menjadi
dasar dari metode pengecatan spora secara umum. Pada metode Schaeffer-Fulton
yang banyak dipakai dalam pengecatan endospora, endospora diwarnai pertama
dengan malachite green dengan proses pemanasan. Larutan ini merupakan pewarna
yang kuat yang dapat berpenetrasi ke dalam endospora.Setelah perlakuan
malachite green, biakan sel dicuci dengan air lalu ditutup dengan cat safranin.
Teknik ini akan menghasilkan warna hijau pada endospora dan warna merah muda
pada sel vegetatifnya (Buchanan, 2003).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
Mikrobiologi Umum dengan judul “Pewarnaan Bakteri, Endospora dan Kapang”
dilaksanakan pada hari Rabu 28 Maret 2018 pukul 16.00-19.00 WIB di Laboratorium
Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: objek glass, jarum
ose, bunsen dan spirtus, kertas label, penjepit objek glass, mikroskop stereo,
mikroskop cahaya, beaker glass, botol semprot, jarum pentul, rak wadah pewarna,
botol semprot berisi air, kawat ram, dan kertas saring.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: aquadest steril
(secukupnya), Kultur murni bakteri, KOH, pewarna crystal violet, malachite
green, bakteri Bacillus cereus, bakteri Bacillus megaterium, larutan iodin,
alkohol 96 %, safranin, minyak immerse, kultur murni kapang atau jamur dan
larutan Lactophenol Cotton Blue (LCB).
3.3
Cara Kerja
3.3.1 Cara kerja Pembuatan
apusan/ pulasan bakteri
Langkah-langkah yang dilakukan saat praktikum adalah:
1. Dilabeli gelas benda yang kering dan bersih.
Sterilkan jarum ose dengan memijarkannya pada nyala bunsen dan dinginkan.
2. Diambil 1 ose
penuhkultur
dalam bentuk cair (suspensi) dan diletakkan di tengah-tengah gelas benda
dan ratakan seluas ± 1 cm2.
3. Diambil dengan jarum ose satu bagian kecil
kultur dan letakkan di tengah gelaks benda yang sebelumnya telah diberi
aquadest steril/NaCl, jika ultur dalam medium padat, ambillah dan ratakan.
4. Dibiarkan kering dengan
mengangin-anginkan gelas benda
5. Difiksasi pulasan bakteri dengan
melewatkan di atas nyala bunsen (hati-hati, jangan sampai terlalu
kering/gosong), tergantung jenis pengecatannya.
6. Diwarnai Pulasan bakteri siap.
3.3.2 Pewarnaan
sel bakteri dengan Cat Gram
Langkah-langkah
yang dilakukan saat praktikum adalah:
1. Dibersihkan objek gelas menggunakan
alkohol 70% dan tissue untuk menghilangkan noda dan lemak yang menempel.
2. Dibuatlah pulasan bakteri di atas gelas
objek, keringkan dan fiksasi dengan api (lihat teknik Pembuatan apusan/pulasan
bakteri)
3. Diteteskan cat crystal violet (Gram A)
dan diamkan 60 detik.
4. Dibuanglah sisa cat dan cuci sisanya
dengan air mengalir.
5. Diteteskan larutan iodine (Gram B) dan
diamkan selama 60 detik.
6. Dibuang sisa cat dan cuci sisanya
dengan air mengalir
7. Diteteskan larutan peluntur yaitu
alkohol (Gram C) diamkan kira-kira 30 detik.(hati-hati jangan sampai berlebihan
yang mengakibatkan kesalahan hasil).
8. Dibuang sisa cat dan cuci sisanya
dengan air mengalir
9. Diteteskan safranin (Gram D) dan
diamkan selama 60 detik.
10. Dicuci kembali dengan air mengalir,
keringkan dengan cara mengangin-anginkan di udara dan keringkan sisa
airmenggunkana kertas tisu.
11. Diamati menggunakan mikroskop
perbesaran lemah sampai perbesaran kuat (1000x) dan diteteskan minyak immersi.
12. Dicatat bentuk sel (Gambar 13) dan
sifat Gramnya.
3.3.3 Pewarnaan
endospora bakteri
Langkah-langkah
yang dilakukan saat praktikum adalah :
1. Dibuat preparat apusan/pulasan bakteri
(lihat Gambar 11).
2. Disiapkan beaker glass berisi air dan
didihkan air dengan hot plate. Letakkan kawat ram diatas beaker glass
3. Diletakkan preparat bakteri di atas
kawat ram dan tutup dengan kertas saring/kertas tisu (Gambar 15).
4. Diteteskan larutan malachite green
diatas kertas tisu hingga basah.
5. Dibiarkan selama 5-6 menit, tambahkan
tetesan pewarna malachite green jika kertas tisu terlihat kering (jangan
biarkan preparat kering)
6. Dipindahkan gelas preparat dan ambil
kertas tisu yang menutup preparat.
7. Dibiarkan hingga agak dingin.
8. Dicuci preparat dengan air selama 30
detik, keringanginkan.
9. Diteteskan pewarna safranin dan diamkan
selama 90 detik.
10. Dicuci dan bilas pewarna menggunakan
air selama 30 detik.
11. Dikeringanginkan dan amati menggunakan
mikroskop pada perbesaran lemah hingga perbesaran kuat (tidak perlu ditutup
cover glass). Amati spora dan letak spora (Gambar 14). Spora bebas dan
endospora akan berwarna hijau sedangkan sel vegetatif berwarna merah.
3.3.4 Pewarnaan
jamur atau fungi
Langkah-langkah
yang dilakukan saat praktikum adalah:
1. Dibersihkan objek glass dan cover glass
menggunakan alkohol 70% dan tissue untuk menghilangkan noda dan lemak yang
menempel.
2. Diteteskan sedikit larutan LCB di
tengah permukaan objek glass.
3. Diambil sedikit hifa kapang yang berada
di bagian tepi, taruh di permukaan objek glass yang telah ditetesi LCB.
4. Diuraikan hifa secara hati-hati
menggunakan dua jarum pentul steril sambal diamati menggunakan stereomikroskop.
5. Ditutup sediaan kapang menggunakan
cover glass secara hati-hati dan usahakan tidak ada gelembung udara dalam
preparat.
6. Dibersihkan kelebihan LCB dengan kertas
hisap
7. Diamati menggunakan mikroskop pada
perbesaran lemah hingga kuat.
8. Diamati morfologi kapang yang terlihat
serta bagian-bagiannya
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
4.1.1 Pewarnaan Bakteri Gram Positif dan
Negatif
4.1.1.1 Bacillus cereus (+)
Foto
Pengamatan
|
Literatur
|
|
Turnbull (1996)
|
Keterangan: Bacillus cereus
|
4.1.1.2 Bacillus megaterium (+)
Foto
Pengamatan
|
Literatur
|
|
Khan, 2011
|
Keterangan: Bacillus cereus
|
4.1.2
Uji KOH
4.1.2.1 Bacillus cereus (+)
Foto
Pengamatan
|
Literatur
|
|
|
Keterangan: Tidak
dilakukan uji KOH
|
4.1.2.2 Bacillus megaterim (+)
Foto
Pengamatan
|
Literatur
|
|
(James, 2002)
|
Keterangan: tidak
terbentuk lendir (encer)
|
4.1.2.3 Bakteri
Tanah
Foto
Pengamatan
|
Literatur
|
|
|
Keterangan: Tidak dilakukan uji KOH
|
4.1.3
Pewarnaan Endospora Bakteri
4.1.3.1 Bacillus
cereus (+)
Foto
Pengamatan
|
Literatur
|
|
|
Keterangan:
|
4.1.3.2 Bacillus
megaterium (+)
Foto
Pengamatan
|
Literatur
|
|
|
Keterangan: Bakteri tanah encer
|
4.1.4
Pewarnaan Kapang
4.1.4.1 Jamur hijau
Foto
Pengamatan
|
Literatur
|
|
|
Keterangan: Bakteri tanah encer
|
4.2 Pembahasan
4.2.1
Pembuatan Apusan atau Pulasan Bakteri
Berdasarka pengamatan yang telah dilakukan dapat
diketahui cara pembuatan apusan atau pulasan bakteri adalah
mula mula melabeli objek glass
yang kering dan bersih. Pelabelan ini bertujuan agar apusan pada objek glass
yang satu tidak tertukar dengan apusan pada objek glass yang lain. Pada
pembuatan apusan ini digunakan jarum ose. Jarum ose yang akan digunakan dalam
pembuatan apusan bakteri ini harus disterilkan terlebih dahulu dengan cara
memijarkan jarum ose diatas nyala bunsen sampai berwarna kemerahan. Penggunaan
jarum ose ditunggu sampai warna kemerahan telah hilang karena jika masih
terdapat warna kemerahan menyebabkan kultur bakteri mati atau rusak.
pembuatan apusan bakteri ini digunakan kultur dalam
bentuk padat yaitu bakteri Bacillus
cereus dan bakteri Bacillus
megaterium. Kultur bakteri diambil 1 ose penuh kemudian dioleskan pada
objek glass dan diratakan seluas kurang lebih 1 cm2. Perataan ini
bertujuan agar pada saat pengamatan akan terlihat jelas dan tidak menumpuk.
Sebelum kultur bakteri dioleskan, disemprotkan terlebih dahulu aquades pada
objek glass agar bersih dan tidak terjadi kontaminasi. Kultur yang telah dioleskan
pada objek glass dikeringkan dengan cara mengangin-anginkan objek glass
kemudian difiksasi dengan cara melewatkan objek glass diatas nyala bunsen
dengan tidak sampai menghanguskan objek glass. Apusan yang telah melewati tahap
fiksasi ini merupakan apusan bakteri yang telah siap untuk diwarnai.
Menurut Hadiutomo (1990) menyatakan bahwa jumlah bakteri
setelah ulasan atau pulasan harus menggunakan bakteri yang banyak sehingga
dapat terlihat bentuk dan penataan sewaktu diamati
4.2.2
Pewarnaan Bakteri Dengan Cat Gram
Praktikum pewarnaan sel bakteri Bacillus
sereus dan Bacillus megaterium diawali dengan, pertama membersihkan objek gelas menggunakan
alkohol 70 % hal ini bertujuan untuk membersihkan objek glass agar objek gelas
steril. Kemudian pulasan bakteri Bacillus sereus dan Bacillus megaterium diletakkan di
atas objek gelas, dikeringkan dan difiksasi di dekat api nyala bunsen yang
bertujuan untuk melekatkan bakteri diatas gelas benda dan membuat sel – sel
bakteri lebih kuat. Selanjutnya diteteskan crystal violet (Gram A) pada bakteri
Bacillus sereus dan Bacillus
megaterium dan didiamkan selama 60 detik agar warna dapat menyerap dengan
baik, setelah itu sisa crystal violet dibersihkan dengan aquades.
Tahap selanjutnya diteteskan larutan iodine
(Gram B) pada bakteri Bacillus sereus
dan Bacillus megaterium dan didiamkan selama 60 detik, larutan
iodine berfungsi untuk menguatkan warna sebelumnya dan memastikan adanya
perubahan warna atau tidak. Kemudian sisa pewarnaan iodine dibersihkan dengan
aquades. Selanjutnya ditetesi pewarna safranin (Gram D) pada bakteri Bacillus
sereus dan Bacillus megaterium
dan didiamkan selama 60 detik. Pemberian pewarna safranin bertujuan untuk
memastikan bakteri tersebut termasuk Gram positif atau negatif. jika terjadi
perubahan warna atau lunturnya zat warna sebelumnya (cystal violet) maka
bakteri tersebut termasuk bakteri Gram
negative, dan jika tidak terjadi perubahan warna atau tidak lunturnya zat warna
sebelumnya (crystal violet) maka bakteri tersebut termasuk bakteri Gram
Positif. Hasil pengamatan pada bakteri Bacillus sereus saat ditetesi pewarna safranin tidak terjadi
perubahan warna, sehingga bakteri Bacillus sereus termasuk
Gram positif. Dan pada bakteri Bacillus megaterium yang
seharusnya tidak berubah warna, ternyata terjadi perubahan warna saat ditetesi
pemenjadi merah hal ini terjadi kegagalan yang disebabkan oleh pembuatan apusan
karena terlalu lama dikeringkan di atas api nyala bunsen.
Menurut
Suriawiria (1999) yang menyatukan bahwa Pada pewarnaan gram, bakteri yang telah
difiksasi dengan panas sehingga membentuk noda pada kaca objek diwarnai dengan
pewarna basa yaitu crystal violet. Karena warna ungu mewarnai seluruh sel, maka
pewarna ini disebut pewarna primer. Selanjutnya noda dicuci dan pada noda
spesimen ditetesi iodin yang merupakan mordant. Setelah iodin dicuci, baik
bakteri Gram Positif maupun Gram Negatif tampak berwarna ungu. Selanjutnya noda
spesimen dicuci dengan alkohol yang merupakan decolorizing agent (senyawa
peluntur warna) yang pada spesies bakteri tertentu dapat menghilangkan warna
ungu dari sel. Setelah alkohol dicuci, noda spesimen diwarnai kembali dengan
safranin yang merupakan pewarna basa berwarna merah. Bakteri yang tetap
berwarna ungu digolongkan ke dalam Gram Positif, sedangkan bakteri yang
berwarna merahdigoongkan ke dalam Gram Negatif. Perbedaan warna antara bakteri
Gram Negatif dan bakteri Gram Positif disebabkan oleh adanya perbedaan struktur
pada dinding selnya. Dinding Gram Positif mengandung banyak peptidoglikan,
sedangkan dinding bakteri Gram Negatif banyak mengandung lipopolisakarida.
4.2.3
Uji KOH
Uji KOH dilakukan untuk mengetahui keakuratan saat pengidentifikasian
bakteri gram positif atau negatif, pada praktikum kali ini Uji KOH hanya
dilakukan pada bakteri Bacillus megatorium karena pada saat pengecatan
gram hasil yang didapat tidak sesuai dengan literatur. Bacillus megatorium merupakan
gram positif dan apabila diwarnai maka akan memunculkan warna ungu, namun pada
saat praktikum warna merah juga terdapat pada apusan, sehingg perlu dilakukan
uji KOH. Dan hasilnya adalah saat bakteri diberikan larutan KOH 10% tidak
terjadi lendir (encer) maka bakteri Bacillus megatorium merupakan
bakteri Gram Positif.
Menurut Buck(1982) menyatakan bahwa Sampel kultur yang diperlukan untuk uji
KOH lebih besar dari yang diperlukan untuk pewarnaan Gram, meskipun koloni
besar dan setetes KOH kecil akan berfungsi jika diperlukan. Prosedur KOH tidak
memungkinkan deteksi bakteri gram-variabel: seperti yang ditunjukkan di atas,
bakteri ini terlihat sebagai gram positif atau gram negatif. Budaya
gram-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggota kelompok
coryneform (Corynebacterium dan Arthrobacter). Beberapa isolat dari kedua
genera ditemukan gram positif dengan metode KOH, sedangkan beberapa gel lemah
(reaksi gram-negatif). Kumpulan bakteri gram-variabel yang lebih besar harus
dipelajari untuk memperjelas anomali ini lebih lanjut. Jelas bahwa budaya murni
diperlukan untuk pengamatan yang dapat diandalkan; Metode KOH tidak akan
memungkinkan deteksi kontaminasi dalam budaya yang tidak diketahui. Dalam satu
penelitian (3), hasil untuk kultur muda (16 sampai 20-h) dan yang lebih tua (2-
ke 10 bulan) diperoleh dengan pewarnaan dan metode KOH ditemukan identik. Dalam
penelitian saat ini, kultur yang baru-baru ini diperoleh dari Bacillus,
Staphylococcus, dan Streptococcus yang diperoleh selama suhu kamar tidak
menunjukkan adanya pembengkakan. Strain ini tetap positif dengan metode KOH,
sedangkan pewarnaan menunjukkan campuran sel merah muda dan ungu setelah
beberapa hari.
4.2.4 Pewarnaaan
Endospora Bakteri
Berdasarkan pengamatan pada
praktikum kali ini perwarnaan endospora pada bakteri Bacillus cereus dan
bakteri Bacillus megatorium dilakukan dengan cara sebagai berikut: mula
mula dibuat preparat apusan Bacillus cereus dan bakteri Bacillus
megatorium. Kemudian diisi beaker
glass dengan air lalu didihkan dengan hot plate dan ditaruh kawat ram diatasnya
yang digunakan untuk menaruh preparat apusan kedua bakteri. Kemudian
masing-masing preparat diberi kertas saring dan ditetesi malachite green selama
5 sampai 6 menit, hal ini bertujuan untuk memberi warna pada
endospora.Penguapan dilakukan dengan tujuan untuk menyerap warna.Selanjutnya
preparat tersebut diangkat dan diambil kertas saringnya.Kemudian di biarkan
sampai kering.
Tahap selanjutnya dicuci kedua preparat dengan aquades selama 30
detik agar warna yang terdapat di sekeliling bakteri dapat hilang dan bakteri
terlihat jelas.Kemudian ditetesi safranin selama 90 detik yang berfungsi
memberi warna pada bakteri dan agar bakteri terlihat jelas saat diamati. Lalu
dibilas pewarna dengan aquades selama 30 detik. Yang terakhir diamati dan dapat terlihat
endospora pada preparat Bacillus cereus dan bakteri Bacillus
megatorium.
Menurut Sutedjo (1991) yang menyatakan bahwa
Tujuan dari pewarnaan adalah mengidentifikasi morfologi sel bakteri dengan
menggunakan zat warna tunggal. Prinsipnya
yaitu pewarnaan ini hanya menggunakan satu macam zat warna saja. Sebelum
zat warna difiksasi terlebih dahulu pewarnaan ini dipakai untuk melihat
bentuk-bentuk bakteri.Zat warna yang di gunakan adalah Methylen blue, Crystal
violet, basic fuchin atau safranin. Fungsi zat warna: Crystal violet merupakan
pewarna primer (utama) yang akan memberi warna mikrioorganisme target. Crystal
violet bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang
bersifat asam.
Preparat Bacillus megatorium terlihat
endospora dengan ukuran besar-besar dan berwarna hijau. Sedangkan pada preparat Bacillus
cereus dapat terlihat endospora dengan ukuran kecil-kecil dan berwarna
hijau juga. Menurut anggraini (2009) menyatakan bahwa Bacillus cereus merupakan bakteri Gram-positif, aerob fakultatif, dan dapat
membentuk spora. Selnya berbentuk batang besar dan sporanya tidak membengkakkan
sporangiumnya.Sifat-sifat ini dan karakteristik-karakteristik lainnya, termasuk
sifat-sifat biokimia, digunakan untuk membedakan dan menentukan keberadaan B.
cereus.
4.2.5 Pewarnaan Jamur atau Fungi
Praktikum pewarnaan jamur atau fungi
dilakukan dengan pembersihan objek gelas dengan alkohol terlebih dahulu, hal
ini bertujuan untuk mensterilkan objek gelas. Tahap selanjutnya diteteskan LCB
yang terdiri dari phenol untuk mematikan organisme hidup, lactic acid untuk
mengawetkan atau menjaga struktur kapang, dan cotton blue untuk mewarnai kitin
dan selulosa pada dinding sel agar lebih jelas saat di amati di mikroskop.
Selanjutnya isolat tanah yang sudah dibuat diuraikan menggunakan dua jarum
pentul stril. Kemudian ditutup dengan cover gelas dan dibersihkan sisa larutan
LCB dengan kertas hisap. Kemudian diamati di atas mikroskop dengan perbesaran
400 kali . Hasil pengamatan pada mikroskop diketahui terdapat jamur bagian
sporangium dan sporangiofor.
Menurut Vignesh dlam shamly (2014) menyatakan bahwa dalam penelitian
terbaru morflogi mikroskopis jamur lebih baik diperoleh menggunakan yodium
gliserol dibandingkan dengan LPCB.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Teknik
pembuatan apusan bakteri merupakan tahap awal sebelum dilakukannya pewarnaan.
Diawali dari pemberian label, disterilkannya jarum ose diatas bunsen dan
diambil isolat bakteri, dan dilakukan fiksasi terlebih dahulu
2. Macam-macam
teknik pewarnaan mikroba yang dilakukan adalah pewarnaan bakteri Gram positif
dan pewarnaan bakteri Gram negatif dengan menggunakan larutan pewarna kristal
violet dan safranin.
3. Pada
B. cereus endospora terlihat kecil-kecil berwarna hijau, sedangkan pada B.
megaterium endospora terlihat berukuran besar dan berwarna hijau.
B.
cereus dan B. megaterium adalah bakteri
Gram positif, sehingga pada saat ditetesi safranin tidak terjadi perubahan.
Sedangkan pada B. megaterium terjadi perubahan warna karena kesalahan
pada saat pembuatan apusan terlalu lama dikeringkan diatas api nyala bunsen
yang menyebabkan terjadinya perubahan warna.
4. Morfologi
kapang yang terlihat adalah sporangium dan sporangiofor dari kapang.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni.2016. Identifikasi Bakteri Aeromonas
hydrophylla dengan Uji Mikrobiologi Pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Yang Dibudidayakan Di Kecamatan Baitussalam Kbupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kehutanan Unsyiah, Vol.1, No.2.
Atlas dan Richard.1987. Microbial Ecology. California.
The Benjamin Cummings Publisihing Company
Buchanan,RE. & Gibbons,NE.2003. Bergey’s Manual of Determinative
Bacteriology. USA: The William
& Wilkins Company Baltimore.
Buck. John D. 1982. Nonstainting (KOH) Method for
Determinant of Gram Reactions of Marine Bacteria. Applied and Enviromental
Microbiology. Vol 44 (4)
Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook
of Microbiology. Philadelphia: W.B.
Saunders Company.
Cappuccino,JG.& Sherman,N. 2000. Microbiology: A Laboratory
Manual. California: The Benjamin/ Cummings Publishing Company, Inc.
Colome, J.S. dkk. 2001. Laboratory Exercise in
Microbiology. New York: West Publishing Company
Cowan,ST. 2004.
Manual for the Identification of Medical Bacteria. London: Cambridge University Press
Hadiutomo.1990.
Mikrobilogi Dasar Jilid I . Jakarta : Erlangga
James J. 2002. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan.
Diterjemahkan oleh Retno Indah. Jakarta: Erlangga.
Khan, J. A. 2011. Biodegradation of Azo Dye by Moderately
Halotolerant Bacillus megaterium and Study of Enzyme Azoreductase Involved in
Degradation. Advanced Biotech 10:21–27.
Lim,D.
2006. Microbiology. New York: McGraw-Hill.. Jakarta ; Erlanga
Prescott,
L.M. 2003. Microbiology. New York: Mc Graw Hill
Ratna,
Siri .2000. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur dasar Laboratorium. Jakarta: PT,
Gramedia
Turnbull,PCB (1996). Bacillus. In: Barron's Medical
Microbiology (Baron S et al., eds.) (edisi ke-4th). Texas. Univ of Texas
Medical Branch.
0 komentar