Sabtu, 23 Maret 2019

Laporan Praktikum Mikrobiologi: Pewarnaan Bakteri




Laporan Praktikum di bawah ini merupakan contoh laporan yang dapat digunakan sebagai refrensi dan bacaan untuk menambah wawasan, tetapi bukan untuk di copy-paste sembarangan. Terima kasih dan selamat membaca :)



BAB I
PENDAHULUAN

Miroorganisme adalah organisme hidup yang sangat kecil, yang tidak dapat dilihat tanpa menggunakan mikroskop, disebut juga. Mikroorganisme seringkali ber sel tunggal (uniseluler) maupun sel banyak (multiseluler). Namun beberapa protista bersel tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multi sel tidak tidak terlihat mata telanjang (Lay, 1994). Salah satu mikroorganisme yaitu bakteri dan kapang.
Bakteri merupakan organisme mikroskopis yang mempunyai ciri-ciri : tubuh uniseluler, tidak berklorofil, bereproduksi dengan membelah diri, habitatnya dimana-mana (tanah, air, udara, dan makhluk hidup), diameternya 0.1-0.2 um, bakteri aktif bergerak pada kondisi lembab. Dan Kapang merupakan mikroorganisme eukariot multiseluler dengan dinding sel berupa kitin, selulosa, atau keduanya, tidak aktif bergerak. Kapang bereproduksi dan menyebar dengan menggunakan spora.Spora tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual dan spora aseksual (forumsain, 2008).
Allah berfirman dalam dalam surat an-Nahl ayat 8yang artinya “Dan (Dia telah menciptakan) kuda, bagal dan keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya”.
Maksud ayat diatas dari kalimat “Dan Allah menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinyaAllah menciptakan sesuatu yang tidak bisa diketahui oleh manusia” menunjukkan bahwa Allah telah menciptakan keberadaan bentuk-bentuk hehidupan yang sebelumnya belum diketahui ooleh manusia. Baru setelah alat mikroskop ditemukan, manusia mulai dapat melihat mata penglihatannya tentang makhluk hidup terkecil. Makhluk terkecil ini berupa bakteri dan jamur.
            Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup  sangat sulit, karena selain bakteri tidak berwarnajuga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik perwarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian penelitian mikrobiologi (Pelczar, 1986). Berdasarkan pernyataan diatas perlu dilakukan praktikum ini agar praktikan dapat mengetahui cara pewarnaan bakteri.
1.2 Rumusan Masalah
            Rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana mengetahui teknikpembuatan apusan bakteri?
2.      Bagaimana mengetahui teknik pewarnaan mikroba?
3.      Bagaimana melihat bentuk sel,letak sel endospora dan sifat Gram bakteri?
4.      Bagaimana morfologi kapang?
1.3 Tujuan
Tujuan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui teknikpembuatan apusan bakteri?
2.      Untuk mengetahui teknik pewarnaan mikroba?
3.      Untuk melihat bentuk sel,letak sel endospora dan sifat Gram bakteri?
4.      Untuk mengetahui morfologi kapang?
1.4 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah agar praktikan mengetahui kekuasan Allah berupa mikroorganisme berupa bakteri Gram negatif dan bakteriGram positif.










BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri adalah suatu organisme yang jumlahnya paling banyak dan tersebar luas dibandingkan dengan organisme lainnya di bumi.Bakteri umumnya merupakan organisme uniseluler (bersel tunggal), prokariota/prokariot, tidak mengandung klorofil, serta berukuran mikroskopik (sangat kecil). Bakteri berasal dari kata bahasa latin yaitu bacterium. Bakteri memiliki jumlah spesies mencapai ratusan ribu atau bahkan lebih. Mereka ada di mana-mana mulai dari di tanah, di air, di organisme lain, dan lain-lain juga berada di lingkungan yang ramah maupun yang ekstrim, dalam tumbuh kembang bakteri baik melalui peningkatan jumlah maupun penambahan jumlah sel sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni seperti pH, suhu temperatur, kandungan garam, sumber nutrisi, zat kimia dan zat sisa metabolisme (Ratna, 2000).
Jamur pada umumnya adalah jasad yang berbentuk benang, multiseluler, tidak berkhlorofil dan belum mempunyai diferensiasi dalam jaringan.Ada pula yang hanya terdiri dari satu sel.   Struktur jamur.  Walaupun jamur dapat dilihat, namun masing-masing sel adalah mikroskopik.Jamur tersusun atas benang-benang sel yang disebut hifa. Jika jamur tumbuh, hifa saling membelit untuk membentuk massa benang yang disebut miselium yang cukup besar untuk dilihat dengan mata (Lim, 2006).
Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah suatu metode empiris untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri Gram-negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan Gram, suatu pewarna penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram negatif menjadi berwarna merah atau merah muda.Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka (Prescott, 2003).
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada metode pewarnaan Gram. Bakteri gram positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol, sementara bakteri gram negatif tidak (Fardiaz, 2002).
Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil ungu sewaktu proses pewarnaan Gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative akan berwarna merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri. Bakteri gram negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid) kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna biru (Cowan, 2004).
Endospora merupakan sebuah fasa yang dilakukan oleh beberapa bakteri, seperti Bacillus sp. dan Clostridium sp. memproduksi bentuk pertahanan hidup pada kondisi yang tidak menguntungkan. Proses ini dikenal sebagai sporulasi. Spora bakteri berbeda dengan spora pada jamur.Spora bakteri tidak mempunyai fungsi sebagai alat reproduksi.Endospora ini tahan terhadap kondisi lingkungan ekstrim seperti suhu yang tinggi, kekeringan, senyawa kimia beracun (disinfektan, antibiotik) dan radiasi sinar UV.Endospora dapat disebut sebagai fase tidur dari bakteri. Endospora mampu bertahan sampai kondisi lingkungan kembali menguntungkan, kemudian membentuk proses germinasi, dan membentuk bakteri sel tunggal (Colome, 2001).
Pengamatan menggunakan mikroskop cahaya, struktur ini sangat refraktif karena impermeabel terhadap pewarna yang umumnya digunakan untuk pengamatan bakteri. Strukturnya harus diamati oleh malakit green sehingga pewarna ini akan meresap ke dalam struktur ini dan dibantu dengan steam. Pengamatan menggunakan mikroskop elektron menunjukkan perbedaan yang sangat besar antara sel vegetatif dan endospora.Endospora memiliki lapisan terluar, yaitu eksosporium.Di dalamnya terdapat beberapa lapisan protein.Dibawah eksosporium terdapat korteks, yang terdiri atas peptidoglikan yang terhubung silang secara longgar.Di dalam korteks, terdapat sebuah inti, yang mengandung dinding inti, membran sitoplasma, sitoplasma, nukleoid, ribosom, dan beberapa seluler yang esensial (Cappuccino, 2000).
Sporulasi adalah suatu respon terhadap penurunan kadar nutrisi dalam medium khususnya sumber karbon dan nitrogen. Pengaturan pembentukan spora bersifat negatif karena sel membuat repressor dari senyawa yang terkandung dalam medium untuk mencegah mulainya sporulasi. Jika proses tersebut menurun maka akan terjadi sporulasi. Sporulasi terbentuk pada akhir fase logaritmik dan awal fase stasioner (Burrows, 2004).
Endosopora tidak mudah diwarnai dengan zat pewarna pada umumnya, tetapi sekali diwarnai, zat warna tersebut akan sulit hilang. Hal inilah yang menjadi dasar dari metode pengecatan spora secara umum. Pada metode Schaeffer-Fulton yang banyak dipakai dalam pengecatan endospora, endospora diwarnai pertama dengan malachite green dengan proses pemanasan. Larutan ini merupakan pewarna yang kuat yang dapat berpenetrasi ke dalam endospora.Setelah perlakuan malachite green, biakan sel dicuci dengan air lalu ditutup dengan cat safranin. Teknik ini akan menghasilkan warna hijau pada endospora dan warna merah muda pada sel vegetatifnya (Buchanan, 2003). 



















BAB III
METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Mikrobiologi Umum dengan judul “Pewarnaan Bakteri, Endospora dan Kapang” dilaksanakan pada hari Rabu 28 Maret 2018 pukul 16.00-19.00 WIB di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: objek glass, jarum ose, bunsen dan spirtus, kertas label, penjepit objek glass, mikroskop stereo, mikroskop cahaya, beaker glass, botol semprot, jarum pentul, rak wadah pewarna, botol semprot berisi air, kawat ram, dan kertas saring.

3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: aquadest steril (secukupnya), Kultur murni bakteri, KOH, pewarna crystal violet, malachite green, bakteri Bacillus cereus, bakteri Bacillus megaterium, larutan iodin, alkohol 96 %, safranin, minyak immerse, kultur murni kapang atau jamur dan larutan Lactophenol Cotton Blue (LCB).

3.3 Cara Kerja
3.3.1 Cara kerja Pembuatan apusan/ pulasan bakteri
Langkah-langkah yang dilakukan saat praktikum adalah:
1. Dilabeli gelas benda yang kering dan bersih. Sterilkan jarum ose dengan memijarkannya pada nyala bunsen dan dinginkan.
2. Diambil 1 ose penuhkultur dalam bentuk cair (suspensi) dan diletakkan di tengah-tengah gelas benda dan ratakan seluas ± 1 cm2.
3. Diambil dengan jarum ose satu bagian kecil kultur dan letakkan di tengah gelaks benda yang sebelumnya telah diberi aquadest steril/NaCl, jika ultur dalam medium padat, ambillah dan ratakan.
4. Dibiarkan kering dengan mengangin-anginkan gelas benda
5. Difiksasi pulasan bakteri dengan melewatkan di atas nyala bunsen (hati-hati, jangan sampai terlalu kering/gosong), tergantung jenis pengecatannya.
6. Diwarnai Pulasan bakteri siap.

3.3.2 Pewarnaan sel bakteri dengan Cat Gram
Langkah-langkah yang dilakukan saat praktikum adalah:
1. Dibersihkan objek gelas menggunakan alkohol 70% dan tissue untuk menghilangkan noda dan lemak yang menempel.
2. Dibuatlah pulasan bakteri di atas gelas objek, keringkan dan fiksasi dengan api (lihat teknik Pembuatan apusan/pulasan bakteri)
3. Diteteskan cat crystal violet (Gram A) dan diamkan 60 detik.
4. Dibuanglah sisa cat dan cuci sisanya dengan air mengalir.
5. Diteteskan larutan iodine (Gram B) dan diamkan selama 60 detik.
6. Dibuang sisa cat dan cuci sisanya dengan air mengalir
7. Diteteskan larutan peluntur yaitu alkohol (Gram C) diamkan kira-kira 30 detik.(hati-hati jangan sampai berlebihan yang mengakibatkan kesalahan hasil).
8. Dibuang sisa cat dan cuci sisanya dengan air mengalir
9. Diteteskan safranin (Gram D) dan diamkan selama 60 detik.
10. Dicuci kembali dengan air mengalir, keringkan dengan cara mengangin-anginkan di udara dan keringkan sisa airmenggunkana kertas tisu.
11. Diamati menggunakan mikroskop perbesaran lemah sampai perbesaran kuat (1000x) dan diteteskan minyak immersi.
12. Dicatat bentuk sel (Gambar 13) dan sifat Gramnya.


3.3.3 Pewarnaan endospora bakteri
Langkah-langkah yang dilakukan saat praktikum adalah :
1. Dibuat preparat apusan/pulasan bakteri (lihat Gambar 11).
2. Disiapkan beaker glass berisi air dan didihkan air dengan hot plate. Letakkan kawat ram diatas beaker glass
3. Diletakkan preparat bakteri di atas kawat ram dan tutup dengan kertas saring/kertas tisu (Gambar 15).
4. Diteteskan larutan malachite green diatas kertas tisu hingga basah.
5. Dibiarkan selama 5-6 menit, tambahkan tetesan pewarna malachite green jika kertas tisu terlihat kering (jangan biarkan preparat kering)
6. Dipindahkan gelas preparat dan ambil kertas tisu yang menutup preparat.
7. Dibiarkan hingga agak dingin.
8. Dicuci preparat dengan air selama 30 detik, keringanginkan.
9. Diteteskan pewarna safranin dan diamkan selama 90 detik.
10. Dicuci dan bilas pewarna menggunakan air selama 30 detik.
11. Dikeringanginkan dan amati menggunakan mikroskop pada perbesaran lemah hingga perbesaran kuat (tidak perlu ditutup cover glass). Amati spora dan letak spora (Gambar 14). Spora bebas dan endospora akan berwarna hijau sedangkan sel vegetatif berwarna merah.

3.3.4 Pewarnaan jamur atau fungi
Langkah-langkah yang dilakukan saat praktikum adalah:
1. Dibersihkan objek glass dan cover glass menggunakan alkohol 70% dan tissue untuk menghilangkan noda dan lemak yang menempel.
2. Diteteskan sedikit larutan LCB di tengah permukaan objek glass.
3. Diambil sedikit hifa kapang yang berada di bagian tepi, taruh di permukaan objek glass yang telah ditetesi LCB.
4. Diuraikan hifa secara hati-hati menggunakan dua jarum pentul steril sambal diamati menggunakan stereomikroskop.
5. Ditutup sediaan kapang menggunakan cover glass secara hati-hati dan usahakan tidak ada gelembung udara dalam preparat.
6. Dibersihkan kelebihan LCB dengan kertas hisap
7. Diamati menggunakan mikroskop pada perbesaran lemah hingga kuat.
8. Diamati morfologi kapang yang terlihat serta bagian-bagiannya



















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
    4.1.1 Pewarnaan Bakteri Gram Positif dan Negatif
       4.1.1.1 Bacillus cereus (+)
Foto Pengamatan
Literatur

Description: WhatsApp Image 2018-04-07 at 19.17.39


Description: lit.cereus
Turnbull (1996)
Keterangan: Bacillus cereus

       4.1.1.2 Bacillus megaterium (+)
Foto Pengamatan
Literatur

Description: WhatsApp Image 2018-04-07 at 19.17.44
Description: megaterium
Khan, 2011
Keterangan: Bacillus cereus









4.1.2 Uji KOH
   4.1.2.1 Bacillus cereus (+)
Foto Pengamatan
Literatur






Keterangan: Tidak dilakukan uji KOH


4.1.2.2 Bacillus megaterim (+)
Foto Pengamatan
Literatur

Description: WhatsApp Image 2018-04-08 at 00.14.15

Description: lit koh
(James, 2002)
Keterangan: tidak terbentuk lendir (encer)












4.1.2.3 Bakteri Tanah
Foto Pengamatan
Literatur



Keterangan: Tidak dilakukan uji KOH


4.1.3 Pewarnaan Endospora Bakteri
   4.1.3.1 Bacillus cereus (+)
Foto Pengamatan
Literatur

Description: WhatsApp Image 2018-04-07 at 20.52.40(1)

Keterangan:

    4.1.3.2 Bacillus megaterium (+)
Foto Pengamatan
Literatur



Keterangan: Bakteri tanah encer



4.1.4 Pewarnaan Kapang
    4.1.4.1 Jamur hijau
Foto Pengamatan
Literatur

Description: WhatsApp Image 2018-04-08 at 00.15.32

Keterangan: Bakteri tanah encer


4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembuatan Apusan atau Pulasan Bakteri
Berdasarka pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui cara pembuatan apusan atau pulasan bakteri adalah mula mula melabeli objek glass yang kering dan bersih. Pelabelan ini bertujuan agar apusan pada objek glass yang satu tidak tertukar dengan apusan pada objek glass yang lain. Pada pembuatan apusan ini digunakan jarum ose. Jarum ose yang akan digunakan dalam pembuatan apusan bakteri ini harus disterilkan terlebih dahulu dengan cara memijarkan jarum ose diatas nyala bunsen sampai berwarna kemerahan. Penggunaan jarum ose ditunggu sampai warna kemerahan telah hilang karena jika masih terdapat warna kemerahan menyebabkan kultur bakteri mati atau rusak.
pembuatan apusan bakteri ini digunakan kultur dalam bentuk padat yaitu bakteri Bacillus cereus dan bakteri Bacillus megaterium. Kultur bakteri diambil 1 ose penuh kemudian dioleskan pada objek glass dan diratakan seluas kurang lebih 1 cm2. Perataan ini bertujuan agar pada saat pengamatan akan terlihat jelas dan tidak menumpuk. Sebelum kultur bakteri dioleskan, disemprotkan terlebih dahulu aquades pada objek glass agar bersih dan tidak terjadi kontaminasi. Kultur yang telah dioleskan pada objek glass dikeringkan dengan cara mengangin-anginkan objek glass kemudian difiksasi dengan cara melewatkan objek glass diatas nyala bunsen dengan tidak sampai menghanguskan objek glass. Apusan yang telah melewati tahap fiksasi ini merupakan apusan bakteri yang telah siap untuk diwarnai.
Menurut Hadiutomo (1990) menyatakan bahwa jumlah bakteri setelah ulasan atau pulasan harus menggunakan bakteri yang banyak sehingga dapat terlihat bentuk dan penataan sewaktu diamati

4.2.2 Pewarnaan Bakteri Dengan Cat Gram
Praktikum pewarnaan sel bakteri Bacillus sereus dan Bacillus megaterium diawali dengan,  pertama membersihkan objek gelas menggunakan alkohol 70 % hal ini bertujuan untuk membersihkan objek glass agar objek gelas steril. Kemudian pulasan bakteri Bacillus sereus  dan Bacillus megaterium diletakkan di atas objek gelas, dikeringkan dan difiksasi di dekat api nyala bunsen yang bertujuan untuk melekatkan bakteri diatas gelas benda dan membuat sel – sel bakteri lebih kuat. Selanjutnya diteteskan crystal violet (Gram A) pada bakteri Bacillus sereus  dan Bacillus megaterium dan didiamkan selama 60 detik agar warna dapat menyerap dengan baik, setelah itu sisa crystal violet dibersihkan dengan aquades.
Tahap selanjutnya diteteskan larutan iodine (Gram B) pada bakteri Bacillus sereus  dan Bacillus megaterium dan didiamkan selama 60 detik, larutan iodine berfungsi untuk menguatkan warna sebelumnya dan memastikan adanya perubahan warna atau tidak. Kemudian sisa pewarnaan iodine dibersihkan dengan aquades. Selanjutnya ditetesi pewarna safranin (Gram D) pada bakteri Bacillus sereus  dan Bacillus megaterium dan didiamkan selama 60 detik. Pemberian pewarna safranin bertujuan untuk memastikan bakteri tersebut termasuk Gram positif atau negatif. jika terjadi perubahan warna atau lunturnya zat warna sebelumnya (cystal violet) maka bakteri tersebut  termasuk bakteri Gram negative, dan jika tidak terjadi perubahan warna atau tidak lunturnya zat warna sebelumnya (crystal violet) maka bakteri tersebut termasuk bakteri Gram Positif. Hasil pengamatan pada bakteri Bacillus sereus  saat ditetesi pewarna safranin tidak terjadi perubahan warna, sehingga bakteri Bacillus sereus  termasuk  Gram positif. Dan pada bakteri Bacillus megaterium yang seharusnya tidak berubah warna, ternyata terjadi perubahan warna saat ditetesi pemenjadi merah hal ini terjadi kegagalan yang disebabkan oleh pembuatan apusan karena terlalu lama dikeringkan di atas api nyala bunsen.
Menurut Suriawiria (1999) yang menyatukan bahwa Pada pewarnaan gram, bakteri yang telah difiksasi dengan panas sehingga membentuk noda pada kaca objek diwarnai dengan pewarna basa yaitu crystal violet. Karena warna ungu mewarnai seluruh sel, maka pewarna ini disebut pewarna primer. Selanjutnya noda dicuci dan pada noda spesimen ditetesi iodin yang merupakan mordant. Setelah iodin dicuci, baik bakteri Gram Positif maupun Gram Negatif tampak berwarna ungu. Selanjutnya noda spesimen dicuci dengan alkohol yang merupakan decolorizing agent (senyawa peluntur warna) yang pada spesies bakteri tertentu dapat menghilangkan warna ungu dari sel. Setelah alkohol dicuci, noda spesimen diwarnai kembali dengan safranin yang merupakan pewarna basa berwarna merah. Bakteri yang tetap berwarna ungu digolongkan ke dalam Gram Positif, sedangkan bakteri yang berwarna merahdigoongkan ke dalam Gram Negatif. Perbedaan warna antara bakteri Gram Negatif dan bakteri Gram Positif disebabkan oleh adanya perbedaan struktur pada dinding selnya. Dinding Gram Positif mengandung banyak peptidoglikan, sedangkan dinding bakteri Gram Negatif banyak mengandung lipopolisakarida.

4.2.3 Uji KOH
Uji KOH dilakukan untuk mengetahui keakuratan saat pengidentifikasian bakteri gram positif atau negatif, pada praktikum kali ini Uji KOH hanya dilakukan pada bakteri Bacillus megatorium karena pada saat pengecatan gram hasil yang didapat tidak sesuai dengan literatur. Bacillus megatorium merupakan gram positif dan apabila diwarnai maka akan memunculkan warna ungu, namun pada saat praktikum warna merah juga terdapat pada apusan, sehingg perlu dilakukan uji KOH. Dan hasilnya adalah saat bakteri diberikan larutan KOH 10% tidak terjadi lendir (encer) maka bakteri Bacillus megatorium merupakan bakteri Gram Positif.
Menurut Buck(1982) menyatakan bahwa Sampel kultur yang diperlukan untuk uji KOH lebih besar dari yang diperlukan untuk pewarnaan Gram, meskipun koloni besar dan setetes KOH kecil akan berfungsi jika diperlukan. Prosedur KOH tidak memungkinkan deteksi bakteri gram-variabel: seperti yang ditunjukkan di atas, bakteri ini terlihat sebagai gram positif atau gram negatif. Budaya gram-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah anggota kelompok coryneform (Corynebacterium dan Arthrobacter). Beberapa isolat dari kedua genera ditemukan gram positif dengan metode KOH, sedangkan beberapa gel lemah (reaksi gram-negatif). Kumpulan bakteri gram-variabel yang lebih besar harus dipelajari untuk memperjelas anomali ini lebih lanjut. Jelas bahwa budaya murni diperlukan untuk pengamatan yang dapat diandalkan; Metode KOH tidak akan memungkinkan deteksi kontaminasi dalam budaya yang tidak diketahui. Dalam satu penelitian (3), hasil untuk kultur muda (16 sampai 20-h) dan yang lebih tua (2- ke 10 bulan) diperoleh dengan pewarnaan dan metode KOH ditemukan identik. Dalam penelitian saat ini, kultur yang baru-baru ini diperoleh dari Bacillus, Staphylococcus, dan Streptococcus yang diperoleh selama suhu kamar tidak menunjukkan adanya pembengkakan. Strain ini tetap positif dengan metode KOH, sedangkan pewarnaan menunjukkan campuran sel merah muda dan ungu setelah beberapa hari.

4.2.4 Pewarnaaan Endospora Bakteri
            Berdasarkan pengamatan pada praktikum kali ini perwarnaan endospora pada bakteri Bacillus cereus dan bakteri Bacillus megatorium dilakukan dengan cara sebagai berikut: mula mula dibuat preparat apusan Bacillus cereus dan bakteri Bacillus megatorium.  Kemudian diisi beaker glass dengan air lalu didihkan dengan hot plate dan ditaruh kawat ram diatasnya yang digunakan untuk menaruh preparat apusan kedua bakteri. Kemudian masing-masing preparat diberi kertas saring dan ditetesi malachite green selama 5 sampai 6 menit, hal ini bertujuan untuk memberi warna pada endospora.Penguapan dilakukan dengan tujuan untuk menyerap warna.Selanjutnya preparat tersebut diangkat dan diambil kertas saringnya.Kemudian di biarkan sampai kering.
Tahap selanjutnya dicuci kedua preparat dengan aquades selama 30 detik agar warna yang terdapat di sekeliling bakteri dapat hilang dan bakteri terlihat jelas.Kemudian ditetesi safranin selama 90 detik yang berfungsi memberi warna pada bakteri dan agar bakteri terlihat jelas saat diamati. Lalu dibilas pewarna  dengan aquades  selama 30 detik.  Yang terakhir diamati dan dapat terlihat endospora pada preparat Bacillus cereus dan bakteri Bacillus megatorium.
Menurut Sutedjo (1991) yang menyatakan bahwa Tujuan dari pewarnaan adalah mengidentifikasi morfologi sel bakteri dengan menggunakan zat warna tunggal. Prinsipnya yaitu  pewarnaan ini hanya menggunakan satu macam zat warna saja. Sebelum zat warna difiksasi terlebih dahulu pewarnaan ini dipakai untuk melihat bentuk-bentuk bakteri.Zat warna yang di gunakan adalah Methylen blue, Crystal violet, basic fuchin atau safranin. Fungsi zat warna: Crystal violet merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi warna mikrioorganisme target. Crystal violet bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam.
Preparat Bacillus megatorium terlihat endospora dengan ukuran besar-besar dan berwarna hijau. Sedangkan pada preparat Bacillus cereus dapat terlihat endospora dengan ukuran kecil-kecil dan berwarna hijau juga. Menurut anggraini (2009) menyatakan bahwa Bacillus cereus merupakan bakteri Gram-positif, aerob fakultatif, dan dapat membentuk spora. Selnya berbentuk batang besar dan sporanya tidak membengkakkan sporangiumnya.Sifat-sifat ini dan karakteristik-karakteristik lainnya, termasuk sifat-sifat biokimia, digunakan untuk membedakan dan menentukan keberadaan B. cereus.
4.2.5 Pewarnaan Jamur atau Fungi
Praktikum pewarnaan jamur atau fungi dilakukan dengan pembersihan objek gelas dengan alkohol terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk mensterilkan objek gelas. Tahap selanjutnya diteteskan LCB yang terdiri dari phenol untuk mematikan organisme hidup, lactic acid untuk mengawetkan atau menjaga struktur kapang, dan cotton blue untuk mewarnai kitin dan selulosa pada dinding sel agar lebih jelas saat di amati di mikroskop. Selanjutnya isolat tanah yang sudah dibuat diuraikan menggunakan dua jarum pentul stril. Kemudian ditutup dengan cover gelas dan dibersihkan sisa larutan LCB dengan kertas hisap. Kemudian diamati di atas mikroskop dengan perbesaran 400 kali . Hasil pengamatan pada mikroskop diketahui terdapat jamur bagian sporangium dan sporangiofor.
Menurut Vignesh dlam shamly (2014) menyatakan bahwa dalam penelitian terbaru morflogi mikroskopis jamur lebih baik diperoleh menggunakan yodium gliserol dibandingkan dengan LPCB.







BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.      Teknik pembuatan apusan bakteri merupakan tahap awal sebelum dilakukannya pewarnaan. Diawali dari pemberian label, disterilkannya jarum ose diatas bunsen dan diambil isolat bakteri, dan dilakukan fiksasi terlebih dahulu
2.      Macam-macam teknik pewarnaan mikroba yang dilakukan adalah pewarnaan bakteri Gram positif dan pewarnaan bakteri Gram negatif dengan menggunakan larutan pewarna kristal violet dan safranin. 
3.      Pada B. cereus endospora terlihat kecil-kecil berwarna hijau, sedangkan pada B. megaterium endospora terlihat berukuran besar dan berwarna hijau.
B. cereus dan B. megaterium adalah bakteri Gram positif, sehingga pada saat ditetesi safranin tidak terjadi perubahan. Sedangkan pada B. megaterium terjadi perubahan warna karena kesalahan pada saat pembuatan apusan terlalu lama dikeringkan diatas api nyala bunsen yang menyebabkan terjadinya perubahan warna.
4.      Morfologi kapang yang terlihat adalah sporangium dan sporangiofor dari kapang.








DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni.2016. Identifikasi Bakteri Aeromonas hydrophylla dengan Uji Mikrobiologi Pada Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Yang Dibudidayakan Di Kecamatan Baitussalam Kbupaten Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kehutanan Unsyiah, Vol.1, No.2.
Atlas dan Richard.1987. Microbial Ecology. California. The Benjamin Cummings Publisihing Company
Buchanan,RE. & Gibbons,NE.2003.  Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. USA:        The William & Wilkins Company Baltimore.
Buck. John D. 1982. Nonstainting (KOH) Method for Determinant of Gram Reactions of Marine Bacteria. Applied and Enviromental Microbiology. Vol 44 (4)
Burrows, W., J.M. Moulder, and R.M. Lewert. 2004. Texbook of Microbiology. Philadelphia:      W.B. Saunders  Company.
Cappuccino,JG.& Sherman,N. 2000. Microbiology: A Laboratory Manual. California: The Benjamin/ Cummings Publishing Company, Inc.   
Colome, J.S. dkk. 2001. Laboratory Exercise in Microbiology. New York: West Publishing           Company
Cowan,ST. 2004.  Manual for the Identification of Medical Bacteria. London: Cambridge            University Press
Hadiutomo.1990. Mikrobilogi Dasar Jilid I . Jakarta : Erlangga
James J. 2002. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan. Diterjemahkan oleh Retno Indah. Jakarta: Erlangga.
Khan, J. A. 2011. Biodegradation of Azo Dye by Moderately Halotolerant Bacillus megaterium and Study of Enzyme Azoreductase Involved in Degradation. Advanced Biotech 10:21–27.
Lim,D. 2006. Microbiology. New York: McGraw-Hill.. Jakarta ; Erlanga
Prescott, L.M. 2003. Microbiology. New York: Mc Graw Hill
Ratna, Siri .2000. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur dasar               Laboratorium. Jakarta: PT, Gramedia
Turnbull,PCB (1996). Bacillus. In: Barron's Medical Microbiology (Baron S et al., eds.) (edisi ke-4th). Texas. Univ of Texas Medical Branch.




Load disqus comments

0 komentar